Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2016-06-10
Words:
724
Chapters:
1/1
Comments:
1
Kudos:
7
Bookmarks:
1
Hits:
282

Deutsch

Summary:

—#NulisRandom2016 [10 Juni 2016]—
Todomatsu tidak mengerti Bahasa Jerman, namun ia tidak menyesali hal itu.

Notes:

Osomatsu and All Character © Akatsuka Fujio
Deutsch © Arisa_Morishita

Tidak mengambil keuntungan secara materiil! Hanya untuk kesenangan semata!

Diikutkan untuk #CPC2016

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Sejak lima belas menit lalu, Todomatsu seperti tak merasa puas memandangi gadis cantik di depannya kini, sibuk berkutat dengan pena dan kertas. Netra milik Todomatsu setia memandangi gadis itu—memandangi setiap inci helaian rambut hitam lebatnya, memandangi caranya mengetuk pelan dagunya, memandangi cara jemari lentik itu membuka tiap halaman buku.

Itu cukup sukses membuat seorang Todomatsu tak bisa memalingkan netranya ke yang lain.

“Ichiko selalu terlihat cantik,” celotehnya tanpa sadar. Dirinya sudah dikendalikan oleh sesuatu yang memabukkan hatinya kini. Ia bertopang dagu, mencari posisi enak untuk terus memandanginya. Senyum aneh tercetak di wajah tampannya.

“Berhenti tersenyum sendiri, Todomatsu. Kau seperti orang gila,” tak sengaja Choromatsu melewati tempat duduknya, menyadarkan Todomatsu dari euforianya. “Lebih baik kau lihat jam dan belajar untuk UKK Jerman,” sarannya sembari berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Todomatsu yang akhirnya kini keluar dari benaknya.

Tanpa sadar netranya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Todomatsu terhenyak. Jarum jam itu berhenti di pukul tujuh lewat sepuluh.

Kak Choromatsu benar, tak lama lagi ulangan dimulai.

Pemuda itu berkedip sesaat, sebelum tepat ia jatuhkan kepalanya tepat di atas meja yang berada di depannya. Terdengar umpatan lolos dari mulutnya, tidak peduli dengan tatapan aneh orang di sekitarnya kini. Sedikit ia dongakkan kepalanya, netranya kini menangkap sebuah buku terbuka. Melihatnya saja sudah cukup membuatnya merasa muak.

Ia membenarkan posisi duduknya, seraya menghela kasar, “hari ini hari terakhir UKK, dengan mata pelajaran Bahasa Jerman dan Bahasa Jepang,” wajah Todomatsu terlihat begitu lesu, “kenapa hari terakhir harus selalu disodori hal-hal yang berbau masokis, sih!?”

Pemuda itu sontak mengacak kasar helaian rambut pendeknya, penuh frustrasi tentunya. Teriakan frustrasi berhasil meluncur dari bibirnya, “aku tidak bisa Bahasa Jerman, bagaimana kalau nilai Jermanku makin anjlok!? Apa kata Kak Osomatsu nantinya—” netranya menatap horor buku tulis di depannya, dengan coretan huruf yang tak ia mengerti.

“Kenapa tidak sekalian Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Basa Sunda? Biar aku makin menderita dengan ejekan Kak Osomatsu nanti,” gerutunya tanpa sadar.

Terdengar suara decakan yang lolos dari bibir seseorang, namun itu bukan berasal dari Todomatsu. Ia tahu dari mana asal suara itu. Sontak netranya memandang lurus ke depan, menatap asal suara decakan itu, dari sosok gadis yang tadi sempat mencuri perhatiannya.

“Daripada kau mengeluh tidak jelas, bukankah lebih bagus kau ambil bukumu dan pelajari materinya,” tegas Ichiko sebelum dirinya berbalik untuk menatap Todomatsu, tepat di belakangnya. Gadis itu menunjukkan sinar wajah tak acuh, tapi dari nada bicaranya ia acuh terhadap pemuda itu—Todomatsu dapat merasakan hal itu.

“Tapi—” Todomatsu menunjukkan wajah melasnya kepada Ichiko, “aku sama sekali tak mengerti Bahasa Jerman. Ingat nilai ulangan Jermanku yang terakhir kali itu? Sungguh nilai yang indah,” ia membuang wajahnya ke samping, berniat untuk menyembunyikan wajah cemberutnya.

Terdengar helaan singkat dari Ichiko. Wajah cantik itu kini tak menunjukkan ekspresi lebih, “aku tahu gelar ‘Si Bodoh Bahasa’ itu ada padamu, tapi memangnya kau harus bersikap minder seperti itu?”

Ichiko membalikkan badannya, jemarinya mengambil beberapa buku sebelum ia berdiri dari tempat duduknya. Kaki jenjangnya berjalan menuju tempat Todomatsu, mengiyaratkan pemuda itu agar membagi tempat duduk di sebelahnya—dia menurut. Jemarinya menyelipkan poni rambutnya yang sedikit berantakan.

Melihat itu Todomatsu langsung kikuk. Tidak tahu harus berbuat apa setelah itu. Jantungnya bergemuruh hebat, ia harus mengendalikan emosinya.

“Sebenarnya aku malas untuk melakukan ini,” Ichiko mulai menyerukan suaranya, “tapi kau hanya punya waktu lima belas menit sebelum ulangan dimulai,” ujarnya cepat. Netranya menatap Todomatsu yang semenjak tadi gelagapan.

“Untuk apa?”

“Untuk mempelajari semua materi Jerman ini,” Ichiko menepuk pelan tumpukkan buku yang ia bawa. Bisa-bisanya dia bertanya dengan polos seperti itu. “Aku akan mengajarimu.”

Sontak sepasang netra pemuda itu berbinar senang, menatap penuh harap pada Ichiko, “benarkah!?”

Ichiko membalas singkat dengan gumaman kecil, ia sedikit risih melihat cara Todomatsu memandangnya. “Bisa kita mulai sebelum aku berubah pikiran?”

Todomatsu mengangguk antusias. Langsung saja Ichiko membuka buku dan pena, memberikan beberapa penjelasan mengenai materi yang terpampang di halaman buku yang terbuka itu. Todomatsu kini beralih menjadi pengdengar yang baik setiap kata yang terlontar dari bibir seksi Ichiko—atau ia bukannya mendengarkan penjelasan Ichiko justru salah fokus.

Senyum keriaan tergambar jelas di wajah Todomatsu. Hatinya seolah taman kini memekarkan bunganya dengan indah. Tiba-tiba terlintas pemikiran aneh dalam pemikirannya, tanpa sadar seringai tipis tercipta.

Tidak salah aku tak mengerti Bahasa Jerman. Dengan ini aku bisa modus untuk mendekati Ichiko.

Kemudian ia tertawa jahat dalam hatinya. Setelah itu Ichiko memukul keras kepala Todomatsu, dengan alasan ia tak memperhatikan penjelasannya.

.

.

.

END

Notes:

Hasil random-an untuk kesekian kali~
Idenya sih berasal dari hal yang saya alami di hari terakhir UKK. Jangan tanya kenapa banyak banget pelajaran bahasanya wwwww

Persetan dengan diksi. Persetan dengan ide. Yang penting mengisi kekosongan hati dengan crackpair!! /o/